29 Desember 2010

Kecil namun maknanya Besar (perjalanan sel darah merah)

sel darah merah mendesir
tiap sel helai menghelai di sekujur tubuh
bergeser saling kusut mengurai
mecari celah jalan kekal
menjumput hakikat diri
dan mengolahnya kembali

tiap beku sel darah
tersimpan satu madah
terdapat aneka cerita
agar kita mengurainya
melenggang menapaki perjalanan
berupaya mengurai marut kehidupan
terkadang membuat laut dan darat saling berebutan

setiap titik perjalanan
sesungguhnya telah ditancapkan Tuhan
pada senyawa senyawa
yang terdapat di dalam rongga raga
saling berpagutan di jiwa
dalam menghayati dan memahami,
bahwa segala sesuatu
yang diciptakan Tuhan,
walaupun itu teramat kecil
takkan mungkin kita bisa menukil
pastikan ada Hikmah dibalik semua
termasuk sel sel darah merah yang berseliweran

mari kita rasakan denyut perjalanan
yang terakadang membuat ngilu
ataupun membuat kita tergelapar
kerna Tuhan inginkan kita selalu menumbuhkan sinar
dengan upaya kita sendiri
untuk menjemput kebahagiaan abadi

Damainya Pagi Di Hati

mengenangmu pagi

seperti hari kemarin

menjumput hari sekelebat sinar

pada pikiran yang menyilau

menuju hati tiada galau


mengalir air ke dalam kalbu

menjadikannya embun yang bergelimang di dedaunan

menyulapnya menjadi basah

menghembuskan rona tanah tak perlu resah


matahari pelanpelan meninggi

merasakan aliran hangat kenyut nadi

merasakan debar segejolak gumpalan awan

akan gundah yang pelanpelan mulai berjatuhan


aku kepayang

pada hitamnya kopi yang kutuang

memberikan kedamaian setiap musim yang pasti terulang


aku bersujud

menciptakan hening di pagi

laksana puisi seharum melati

yang kutulis pagi ini


padamu, Tuhan.

aku bersyukur

akan limpahan kasihMu

yang tak kan mungkin terukur





(27 Desember 2010)


Tuhan dan Ibuku

~

Di tiap jejak sujudmu, ibu

Aku mencium

Harum tetes keringatmu,

Basah


Pada tiap bulir rindu

getar akan suara indahmu

resah


pada dzikirmu, ibu

tak henti gemeretak tubuh

bergetar memohon ampun

atas segala khilaf dan dosa kami


menikmati tangismu

tersesak tersedu di sepertiga malam,

kala kau sendiri


aku iri,

mendengar kidung paling mesra

yang kau ucap patah patah dan pelan

pada gelisah nan gundah

dengan sang kekasih, Tuhanmu


aku cemburu,

begitu syahdu

percumbuan bathinmu denganNya

bergelinjang dengan gelap

meluapkan hasrat

bercinta tidak hanya semalam

dengan Dia

yang juga cinta dari segala cinta,

Tuhanku





(pertengahan malam,25 Desember 2010)

Judulnya, Apa Saja terserah Engkau

~

Angin itu membuih

Dalam secangkir kopiku

Terasa pekatnya

Hitam melindap luruh dalam gelap

Ku aduk

Dengan hati

ku rekam tiap gelapnya

Dalam fikiran yang berkecamuk

Mencari kata membangun sarang rasa

kejang denyutku terasa hidup


Tersengal

Tapakku tak terkepal

Ada cinta di sana

Ada rindu yang indah

Ketika sinarNya menelusup halus dalam gelora


Aku tahu, Dia ada

Sejak lama

Menunggu aku datang

Memberikan pijar indah bercahaya terang

Dalam pencarian

Tuk melayat diri yang lama mati!


Tuhan,

biarkan aku menggumuli Engkau dalam hausku

biarkan hitam hanya ada pada kopiku

bukan aku gila akan putih

namun tak ingin menjadi ceceran tinta yang terinjak percuma

lalu hilang!


Aku ingin ada

Kerna sayangMu lebih dari segalanya.




(22 Desember 2010)

SimSalabim

~


langkah melangkah pada langkah tak tergesa

memanah kata melenggokkan pena

membuai aksara memilah rupa

mencari gelora tak surutkan sinar dupa rupa mantra

pada pancaroba bermusim bertekuk pusara kata


abrakadabra!!


jadilah!


mutiara kata




(22 Desember 2010)

Untuk Dytha Sayang

~

Dytha

Aku harus bilang apa tentang kesedihanmu?

Aku harus katakan apa tentang sakit itu?

Agar airmata itu tak terus tumpah?


Aku sendiri tak tahu..

Kerna kemarin

Airmataku,

Engkau yang menghapusnya

Ingat?


Ketika kau peluk sembari membisikkan kalimat teduh

Yang sungguh membuatku malu


dan,

Sebenarnya wanita tangguh itu, kamu


Hanya terkadang, kita

butuh sandaran kala hati berada di luar pikiran

Kini, aku rela memberikan semua air padamu

walau hanya ada setetes di lubang bambuku

untukmu,

Air yang sungguh datangnya dari aliran mata air

Dari dalam jiwa


Mari, dek

Aku peluk engkau

Aku hapus airmatamu

Walau tangan kita berjauhan

Tapi yakinlah!

Do'akan selalu mendekatkan..




(20 desember 2010)



Lorong Gorong Tak Ingin Kosong

~

loronglorong berisi kalimat kosong

goronggorong hilang di bawah kolong


terjerembab dalam udara pengap

menahan kantuk selepas lelap

: subuh terlupa


muka membuas

khayal ikut tertawa keluar

wacana yang berisi entah

lalu,

menulis di lorong sempit

lukaluka mengemuka dalam eja tak beraksara

remah meremah pada tanah basah

mengaduk di atas penggorengan tak kenal lelah


oh, ibu,

aku cinta padamu


oh, bapak

sayangkupun selalu untukmu


restui, aku

tarik aku dari kolong lorongku




(20 desember 2010)

Kupu Kupu

~

ulat

menggeliat

banyak yang enggan

melihat dan mendekat


ulat

berubah bentuk

menjadi kepompong

mengisi ruang kosong

pada batin dalam sepi

merenungi diri


kini,

ulat menjelma

dalam rupa indah

menarik setiap mata

ingin meraih warna

yang gemas pada sayapnya

menjelma kupukupu nan indah



dan aku,

mengepakkan langkahku

walau tak sekemilau kupu

agar jiwa

tak kembali rapuh.




(19 desember 2010)

Tiada dan Ada

~

tiada hujan

malam ini

tapi rinduku deras

kepadamu


tiada petir di langit nan gelap

namun cinta ini segelegar kilat

menghujamku


tak kulihat danau

pada lembah itu

namun selalu ada telaga

setiap kali aku mengenangmu




(18 Desember 2010)

Ku Ikhlaskan

~

kucium wangi malam di sudut kamarku

membius bilik jiwa

merentangkan sayap bagi mata bicara

membunuh lara kala kita menempuh jalan berbeda


sudah kuikhlaskan hari kemarin

meretasmu bersama mimpimimpi

walau tanpa terjamah

namun kurasa cukup indah


sudah kuikhlaskan kata kalimat tajam

yang kau ucap,

kerna hatimu tak mau tertancap

pada aku bintangmu yang telah menancap

dalam jiwamu kala mataku menatap


aku ikhlaskan jalan kita

kerna ingin langkahku seluas samudera

walau aku tahu dirimulah pembukanya


engkau tetap di hati

namun maaf kali ini aku harus pergi

tak ingin lama menikmati

tikaman rindu senikmat belati hati


jagalah diri

seperti engkau menyemangati diri ini

kerna aku tak ingin berlamalama dalam mimpi..




(16 November 2010)

15 Desember 2010

KadangKadang (Sebuah catatan Aneh)

~

Kadangkadang

Aku ketagihan berkadangkadang

ataupun enggan menerima keterkadangan


Disaat hati senang

terkadang ingin kuungkapkan lewat pena

agar hati lapang

walau aku kerap meradang


kutelusur rimba jiwa

yang terkadang jauh di belakang

atau melangkah maju ke depan


pada sinar yang terkadang aku silau akan cahyanya

kerna semua tercipta dari pikiran

yang datangnya juga kadangkadang


saking penuhnya kadangkadang,

hingga aku lupa terkadang mau mencatat dan mengurai apa


Aku suka disaat datang keterkadangan,

disaat cinta datang menerjang

yang terkadang membawaku ke sudut keterhampaan

ataupun membuat hatiku berbungabunga

walau banyak, larangan !


Ah,

kadangkadang..

aku merasa terkadang menjadi manusia aneh dan unik

melanglang dengan perilaku dan pikiran,

walau rasa malu sering melarangku untuk berkata, jangan !


Ya,

aku hanya manusia

kerna Dia,

Tuhan Sang Maha Penyayang..



(13 November 2010)



Aku Ingin Sabar Agar Pintar

~

Poros pinak membacaku dalam kisikisi lebam

membungkah kelam bak meriam pada dada yang terdalam

Oase itu menepuk tapak kakiku

agar aku mencandunya walau secuil

Dalam kepekaan bayang di atas selendang panjang

Aku meraih fatamorgana yang kian gelap oleh mata

Memburu diburu sembilu, yang aku ciptakan dalam kalimat2 semu

menggodaku ikut merasakan keterasingan dalam kaca bening

merona basah diatas pelepah kian memerah


aku tercenung

dalam kerontang yang aku basahi sendiri

membuaiku bergelinjang dalam tabir misteri akan "Ada"ku


dadaku berdentam berdetak lemah

menina bobokan belati jiwa agar bersabar

walau pikiran lapar bernalar


ilmu,

perkayakan batinku

berdayakan rasaku

untuk tak tergesa memanah

yang tidak harus kuterjang..


kerna,

aku ingin sabar dalam berbuat dan berkarya




(12 desember 2010)

Aku Rindu

Detakdetak dalam rasa

akan ngilu yang tak tertumpah, padamu..


Gerimis buatku menangis

merangkai kata dalam alunan jarijari tertawa meringis


Gemas membuaiku pada luka yang tak jua sembuh..

namun hati selaksa sembilu

membiru


memandangmu,

diatas hamparan pematang semu

aku rindu..



Di Ruang Sunyiku

~

meilpat lembaran lembaran masa lalu

dalam selarik pena yang kutabuh

ruangku tergejolak

dimana aku temukan cahaya kilau wajahmu

dalam bayang kekakuan

kala kita bertemu dulu


danau biru yang terselip di senyummu

memberi nafas kala kita bercumbu rayu

walau jarak teramat sangat jauh


aku selalu memikirkan engkau

aku merindumu,

walau sebatas angan angan


aku bahagia dengan rasa yang kupunya

kerna dia tak mau punah

walau keegoisan menjauhkan kita

yang akhirnya membelenggu apa yang kita rasa


Dan,

Semoga Kau Bahagia Disana..:)

Ayah

~


ayah, tak kenal lelah engkau berharap

pada senja mata menatap

tak kenal jejak dirimu menapak

demi aku..

aku, yang selalu haus kasihmu


ayah,

perkasamu begitu membanggakanku

membelai malam dikala teman lain terlelap

menatap satu satu gambar tanpa picing mata awam

kerna kau begitu terampil melukis awan


demi aku,

aku dan kakak

yang sangat kau kasihi di dalam hatimu..


terimakasih ayah,

untuk segala pengorbananmu

aku tak akan ada,

kerna usahamu yang begitu mendupa

demi keluarga kita..


kerna kami,

adalah bintang yang tak akan pernah karam di hatimu




(11 desember 2010)

Cahaya Pucuk Ilalang

~


Malam ini dingin, kekasih.

Aku mengigil dalam rintik

Bergumuruh di langit menitik

Sedebar hatiku dalam detik


Malam ini hujan, kekasih.

Jiwa meriuh dalam rindu

Laksana salju yang yang jatuh


Malam ini hujan, kekasih

Walau derasnya tak sehebat malam kemarin

namun getarku akanmu

Lebih dahsyat dari hujan semalam


Malam ini,

ingin kuuntai engkau

dalam nyanyian sepi berbalut kasih putih

Di kala senyap membawaku kepada mimpi

memandang cermin kaca, ingin kau abadi


Malam ini hujan, kekasih.

belum jua setahun kita berpisah

Tepat kala kau pergi menorehkan luka di dada

Tanpa ingin kembali





(8 November 2010)

Cahaya Pucuk Ilalang

~

aku ilalang

tak kenal musim melanglang

diinjak retak gemuruh selalu lapang

menelusur bathin tiada malang


aku ilalang

menari kala angin menerobos pucukku

didebar jantung nan gemuruh

pada ujung rindu kerlip menggodaku


dialah cahaya..

sinar yg buatku bertahan

mengeram di segala musim

walau tanpa lahan


dan akulah Ilalang,

rerumput yang bersemayan di sinar hatimu

agar aku kuat bertahan

di segala gelombang kehidupan..





(7 november 2010)

Gelombang

~


Badai itu datang lagi

Kali ini, aku habis di terjangnya

Dia mengeluarkan gelombang !

dan aku terlempar sebegitu frontal


Badai itu datang lagi

Mata air milikku tak sanggup menahan cibiran sinisnya

Yang membuatku muak

tapi aku tetap diam diterjang makian


Badai itu datang lagi

Dan aku Cuma sesungguk sembari sesekali

Mengusap telaga milik buah cinta kami


Tuhan,

Jika kebahagiaan orangtuaku

adalah penderitaan panjang milikku

Aku rela,

kerna aku tak bisa memberi apa apa pada mereka

Tapi tolong,

jangan habiskan harapan dan mimpimimpi

yang membuatku tetap hidup..

selalu tangguh untuk bertahan






*catatan hanya fiksi, melihat makin maraknya KDRT simbolik di dalam suatu keluarga..




(6 November 2010)



Kusegerakan Menujumu, Gunung.

~

engkau nan gagah di sana

memanggilku lagi

tak mau aku bercerita duka

engkau menungguku untuk cerita lain

bukan lara..!


aku rindu tapak jejak itu

di atas tanah basah kerna embun menyelimuti

debudebu berserakan di atas rimbun dedaunan hati


aku rindu lebat lembah

pinus yang mewangi diantara nyanyian camar hutan


dan

Lihatlah !

kolam di tengah itu airmata dewa

tempat aku membasuh muka

menampakkan lagi derai tawa


aku rindu wangi malam

kala jangkrik saling bersahutan

pada gelap pemecah sunyi kebekuan

menderu detak jantung berpagut kedinginan

aku memeluk hening..

gigil nan beku pada embun kegalauan


Kau Gunung,

menunjukku menapak angkuh perkasamu

dan aku karam diatas puncak langit

memandang takjub

akan keesaan Tuhan..





4 Desember 2010

Please, Listen To me, Mama..?! :)

~

Mama,

tahukah kau lagu Kitaro,

yang aku dengarkan sekarang?

tiba tiba menghentakku

walau sebelumnya sudah aku dengarkan ribuan kali


mama,

tahukah kau ?

aku ada, di tiap tabuhannya


tidak ingin sinarku redup

tidak mau hasratku tenggelam

tidak ingin harapanku hilang

tidak ingin kemampuanku terbias nasib


mama,

aku adalah bintang di langitmu

aku adalah sinar di hatimu

biarkan aku menjadi diriku

menunjuk bulan yang telah kau berikan padaku

menombak matahari yang telah kau panah untukku


mama,

aku adalah cinta yang di dalamnya ada senyummu

aku adalah hentakan nada nada yg tercipta pada nadimu

aku tak mau tenggelam dirayapi takdir


aku ingin punya karya

sebelum tutup usia...




(Pertengahan Malam, 3 desember 2010)

Tulisanmu, Kilau Fikiran Hatimu

~

ketika rupa dupa berkata kata

berebut dalam aksara memakna eja

dalam makna aku memandang senyap di kejauhan

dia lenyap, enggan lagi membelaiku

melindap berlari menjauh


tak melulu aku ingin direngkuh pilu

tak ingin aku sendiri dalam kelu

eja aksara itu merabaku

dalam kaca sajak kupandang tanpa jemu


membuka setangkup pintu misteri

kotak pena penuntun jemari

akan indahnya kalimat tiada dusta di hati


tulislah Cinta !

tuangkan fikiran dalam goresan tinta


rengkuhlah syair !

dia yang berjiwa indah dalam makna


sederhanakanlah !

keinginan membara yang memenjara luka


nyanyikanlah !

suara hati pesona dalam jiwa


ungkapkanlah !

pada larik putih yang akan kau mantra


kerna, tulisanmu..

dialah kilau fikiran hatimu..





(2 Desember 2010)

Pematang Rindu

~

Tidurku tak tercumbu rayu

terlelap tanpa kelambu

menyayat kelu

Nada nada pedih mengalun sendu

Dari luar kamarku

Tersayat kabut abu


Aku berpayung dari mendung

Berdiri di tengah keterluntaan

Atap langitku hitam

Berasap rakit teruntai jalanan


Kekasih mana dirindu

Yang seorang hambakah?

Atau Dia Sang Pencipta ?


Ketika jeritan itu kencang terluka

layaknya gerimis mengais ngais

tersesak tangis teriris


Hidup merasa tak berdaya

Ketika hujaman ujian tak kenal arah

Hidupkan lagi jiwa !

Hadapi kenyataan !

Bukankah bertahan hidup adalah pilihan ??





(30 november 2010)

Tak Perlu DiSesali

~

Tidurku tak tercumbu rayu

terlelap tanpa kelambu

menyayat kelu

Nada nada pedih mengalun sendu

Dari luar kamarku

Tersayat kabut abu


Aku berpayung dari mendung

Berdiri di tengah keterluntaan

Atap langitku hitam

Berasap rakit teruntai jalanan


Kekasih mana dirindu

Yang seorang hambakah?

Atau Dia Sang Pencipta ?


Ketika jeritan itu kencang terluka

layaknya gerimis mengais ngais

tersesak tangis teriris


Hidup merasa tak berdaya

Ketika hujaman ujian tak kenal arah

Hidupkan lagi jiwa !

Hadapi kenyataan !

Bukankah bertahan hidup adalah pilihan ??





(30 november 2010)

Tulisanku, Ruang Kebebasanku..

~


fikiranku penuh, namun tidak keruh

fikiranku lugu tapi tak mau buntu

aku melayang dibawa angin

kala kesepian memutari fikiran

aku merana berteman sunyi

walau terkadang aku menikmati sepi

dalam perihku sendiri


ah, aku tahu..

tulisanku kali ini kurang apik

tapi,

setidaknya aku sudah menulis apa yang

terkadang membelenggu di dalam otakku


ragaku terpenjara

oleh kenyataan

namun aku tak mau,

fikiranku dipalu dan kau kekang jua

terserah aku'mau menulis apa saja

terserah aku !


kerna ini disinilah ruang kebebasanku

satu hal,

tulisanku tidak untuk menghina kamu !



(29 november 2010)