28 Januari 2011

malam nan hening

~

malam ini

aku dengar

denting piano tak semelinting ketika dulu

aku bersamamu


malam ini

aku dengar dawai gitar tak sebening

ketika malam itu kau ucap seribu sembilu


malam ini

hujan menitipkan sebait lagu merdu darimu

kau meminta maaf untuk ucapan di hari lalu..






(27 Desmber 2011)

sabar, nak

~

Sabar Nak..

jangan terlalu banyak mengeluh

terima apa adanya tanpa keluh


yang penting kamu sehat

bisa melanjutkan pendidikan

tidak kelaparan,

bisa menggapai semua cita

kerna ibu,

tetap setia merangkai kalian dalam Doa


kelak,

dunia kan kalian genggam penuh keemasan

dengan pribadi kesederhanaan

asal jangan lupa,

Doa selalu kau panjatkan





(27 January 2011)

kitalah kopi dan gula itu

~

ada kamu di dalam cangkir kopiku

menggumpal pada gula yang yang enggan berbaur

dengan warna cream kelabu sedikit melebur


ada aku dalam cangkir kopimu

membasahi kerongkongan serasa madu

di kamu yang tetap menunggu

untuk bersama kita reguk

nikmat hitam kopi itu


ada senyummu pada cangkir kopiku

memberi ruang hangat

walau hati kerap membeku

pada seribu ucapanmu


aku menunggumu

layaknya kau mainkan lagu merdu

engkau menyayangiku

sebagaimana garis hidupmu, untukku

kitalah kopi dan gula itu

damailah hidup kita selalu





(27 January 2011)

Soneta laut

~

jika ikhwal adalah eja

simbol itu makna

Gagak adalah kuasa

kata di dalam beranda

menyiramnya untuk kemudian disapu

kelak dibelai pada rerumput nan membadai


bayangbayang tertutup kabut

menggelagah menjawab segala entah

meringkik mencemooh tangisan angsa

nan lapar

hati terturah

mengelupas di selasela iga


oh, Gamang terbawa layar

seirama sonetasoneta rindu

tercarut siluet kalbu

rintih memekik luruh

bersemi di palung hatimu


tandustanduslah cinta

untuk kembali kutanami

setiap aksara eja

kembali bermekar

berpetang di sayap langit surgawi

memilin gemiricih sunyi

untuk membiru

di lautmu





(25 january 2011)


Kita adalah Sepasang sendu

~

menggelinjangi hari

meraba tubuh dan pangkal pahaku sendiri

melenturkan isi kepala

menopang ragu

menautkan isi lembah


angin membuai meronce palung

menyentuh embun yang bergelayut menggantung

memburai ruang kosong dalam diri

memupuk pagi

tuk memanennya di kala senja nanti


duhai Engkau Sang Maha Teduh

jangan biarkan aku terus rapuh

biarkan pikiran terus menganyam cahayaMu


kuatkan aku!

melaju bersama gemericik waktu

untuk terlahir kembali,

menelusup ke palung bumi

sekedar mengabarkan tanah, bahwa aku ada




(20 janury 2011)

Samsara

~

menggelinjangi hari

meraba tubuh dan pangkal pahaku sendiri

melenturkan isi kepala

menopang ragu

menautkan isi lembah


angin membuai meronce palung

menyentuh embun yang bergelayut menggantung

memburai ruang kosong dalam diri

memupuk pagi

tuk memanennya di kala senja nanti


duhai Engkau Sang Maha Teduh

jangan biarkan aku terus rapuh

biarkan pikiran terus menganyam cahayaMu


kuatkan aku!

melaju bersama gemericik waktu

untuk terlahir kembali,

menelusup ke palung bumi

sekedar mengabarkan tanah, bahwa aku ada




(20 janury 2011)

Kita

~

ah kamu

bikin aku ngilu

merasakan rasamu


rindumu

belai aku

mimpimimpi tentang kamu

hibur aku


aku tahu,

kamu rindu

tapi,

kita sama sama malu


temui aku

di sudut hatimu

belai aku dalam sapamu

hiasi senyumku

pada dinding kamarmu


aku tahu

kasih kita

tidaklah semu






(18 January 2011)

Dia

~

senyummu

kaku kikuk buat aku kelu

ampuuun..

aku berdebardebar!

membuatku mati kutu


kerna senyummu

sembunyikan maluku

tak bisa lamalama tinggalkan senyum itu

ketagihan aku dibelai rindu

mati kutu aku!





(16 January 2011)

Senyummu, Mati Kutu aku! :)

~

senyummu

kaku kikuk buat aku kelu

ampuuun..

aku berdebardebar!

membuatku mati kutu


kerna senyummu

sembunyikan maluku

tak bisa lamalama tinggalkan senyum itu

ketagihan aku dibelai rindu

mati kutu aku!





(16 January 2011)

Gerimis Di pagi

~

pagi sunyi

riuh rendah dalam hati

gerimis menggigil di ketiak langit,

basah


tiada embun

yang biasa menggelantung

di hijaunya daun


sejuta syair menggantung

di awan yang tetap mendung

menunggu dilahirkan

untuk berbagi kehangatan

menuai harapan



(16 January 20101)


Pada Kota

~

pada kota nyalanyala terbakar kerap membara

pada kota kejangkejang berasap kian merekah

di atas bunga layu membiru

mengejar,

memburu rupiah

di atas tumpukan kejam bangku bangku taman


ada asap membelukar mengelinjang mengalir ke hulu pernapasan

membau

membuta

tak kenal arah dalam ketiak yang kian terhampakan

di sudut sudut kerlingan manja kota

aku mencium limbah limbah ketidaknyamanan

sesak mengelupas

keluar dari hidung

darah mendidih

mengalir tanpa canggung


bergumul dalam senyap menghitam pekat

memburu mudah lenyap

diburu ibarat kilat


pada kota

tempat bertarung

bersiap mencari untung

tak kenal lelah

tak pernah patah


di kala siang

siap melarung

ketika lelap

tepiskan murung




(13 January 2011)

Di jalan jalan

~

aku temukan carut marut pikiran di jalanjalan

aku temukan logam logam berterbangan di jalan

ada yang tertidur di atas bangku jalan

ada yang duduk melamun di pinggir jalan

membaca koran tak peduli sekeliling jalan


ada yang berjalan dengan pikiran yang berjalan

menjemput lotere dengan keringat bercucuran

merogoh celana, mengangkat dasi,

bersila, layaknya bukan orang pinggiran


kukayuh pelan pelan sepedaku

berlomba memainkan waktu dengan pikiran

mengamati gerak kehidupan di jalan jalan


dan,

jangan terlalu lama ketiduran

isi harimu dengan pikiran melepas

walau hanya selarik kertas

engkau harus tuangkan

seperti di jalan jalan

yang tak pernah sepi dari carut marut kehidupan




(13 january 2011)

Waktu

~

Aku tidak akan mencarimu

kerna,

engkau yang akan mendatangi aku




(11 January 2011)

kopi pagi

~

pagi menekuri sepi

bergelimang diri

ditemani anai anai sunyi

aku tenggelam..

dalam kopi pagi


tak perlu mendung

untuk menggelinjangi hati


setiap kabut kan pasti mengurai

sejenak menarik nafas kembali memburai


belai aku,

duhai rindu

agar langkah ini tak kembali membeku..


aduk aku,

dalam kental diammu

menari kita dalam hitam kopi itu

tanpa harus tuli

dengan kata hati sendiri



(11 January 2010)

10 Januari 2011

Doa di atas Sajadah Cinta

~

mata masih saja berbicara tentang senja

senyum masih saja mengulum tentang doa


gerimis telah luruh

pada bidang jiwamu

tawa telah lebur

pada katakata diammu


cahaya itu,

adalah bunga di hati kita

seharum melati walau dia asoka

menunggu mekar di atas sajadah cinta




(7 januari 2010)

Senandung Debar

~

senyap telah menggariskan malam

mendung dipayungi relung

mengalir debar di dadaku laiknya kidung

ah, kosong ini telah kembali bersenandung

tak lagi murung..




(7 January 2010)

Ide

~

membolak balik kata

bergetar di ujung pena

menajamkan rasa

membuang segala yang ada

memilahnya..

di selembar putih tiada noda

menggores untaian kalimat indah

lalu

kita beri dupa..

..




(07 January 2010)

99 kunci

~

siang terbasuh peluh

di depan altar hijau aku bersimpuh

mengurai misteri yang lama tertidur suri


seketika dada terasa sesak,

terdengar desah suara lembah

terbuang adab adab sampah

menikam sejuta serapah


wahai, bathin nan resah..

hempaskan segala gelisah

buang semua gundah

pada 99 nama nama nan indah..




(6 January 2010)

Pembuka

~

Suara laut menderu

Mencabik cagak kokoh batas samudera

menyingkap pijar dari ujung pena

Serasa hampa, namun

cahaya mendesak bersinar jua


Pada tiap badai aku terbang

bergelombang di atas buana siap memancang


Ketika langit pada lautan bergemuruh

menghajar karang tuk melempar sauh


di ujung tombak aku mengukir gelap

Bersiap menembak pekatnya senyap

mengembalikan lagi cadar jiwa

Mekar tumbuh kembali tangguh


Satu satu salju bercerai menurun

Membasahi gersang kebun kebun zaitun

Wangi..

Seperi semerbak melati di dalam nurani


Oh, hati dan jiwa

Seperti gundukan bunga kutemukan di sana

Penuh warna indah untuk tetap merangkainya

Dibutuhkan energi kuat

Tuk tetap memupuknya..

Dialah sabar dan rasa bahagia..




(4 January 2010)