29 November 2010

Tak Mau Mati Hati

~


merabah lelah di tengah gulita

aku mencumbumu

dalam bingkai semu

menghitung goyangnya pendulum

mengelabui mata hati sendiri

membuka jiwa mati

agar tak kian mati hati..




(29 november 2010)

Surat terakhir Untukmu..( aku Pamit)

~

terimakasih sudah membalas pesan dinding terakhirku..,

sangat kuhargai...


kianlah sehat..

dan bahagia dengan masing masing kehidupan kita yang berbeda


seperti katamu dulu,

biarlah ketidak sengajaan yang akan mempertemukan kita..

tanpa dicari ataupun mencari...


aku pergi,

demi langkahku agar terasa ringan dan tanpa memberatkanmu..


aku pamit...


~salam... 




(27 november 2010)

Bebas !

~ catatan sederhana


bebas aku bebas

walau tiada tahu apa makna bebas

aku bebas mengepakkan sayapku sendiri

aku bebas menciptakan melodi

bebas menggantungkan tali

tapi tidak di leher sendiri !


aku bebas

aku bebas

tak apa

walau terkadang harus dijahati

aku bebas dari kesenangan lirih

yang terkadang membuatku letih berdiri


aku bebas

aku bebas aku bebas


terserah aku kini

mau menulis apa saja sesuka hati

tanpa ada yang harus tersakiti

kerna rasa itu milikku sendiri

dan

tak akan kubagi lagi !

Maaf ya Kopi, aku mengalihkan Rasaku padadanya, kepadamu.. hiks :(

Sudah dua cangkir kopi aku seduh di pagi ini, Entah kenapa aku seperti blingsatan menikmati rasa si hitam itu. Yang terkadang lidahku terasa sedikit jengah meneguk nimatnya, mungkin kerna aku terus mencoba eksplorasi rasa, dengan menambahkan creamer atau apapun ke dalam warnanya.Terkadang malah aku beri teh, hanya untuk sekedar tahu saja, ternyata tetap enak rasa asli kopi.. satu sendok kecil hitam murni yang dicampur dengan tiga sendok kecil gula.

Biasanya cukup sehari dua cangkir aku mereguknya, tapi, sudah beberapa hari ini aku seperti seorang ratu kopi, lagi dan lagi tanpa ampun aku menyeduhnya, mungkin, jika tidak diimbangi dengan makan yg teratur, dan dengan sedikit bergerak, maagku sudah kumat lagi, kerna sedari SMP, aku sudah punya penyakit sejuta umat itu, dan sudah mencapai akut ketika duduk di bangku kuliah. Alhamdulilah, ternyata dengan hobiku yang tidak bisa diam, dan selalu senang mencicipi apa saja, maagku berangsur pulih, walau terkadang penyakit itu suka datang juga kalau aku kebanyakan makan sambal,hehehe..

Dan jika seandainya kopi, bisa menggantikan hadirnya di dalam hatiku.. akan kureguk hitamnya, tidak peduli walau harus minum 10 gelas sehari..:D

pastinya, akan kuimbangi dengan sedikit menyayangi tubuhku, tentu saja banyakin porsi makan dan berolahraga. agar tubuhku bisa imbang.. tidak seperti sekarang, aku merasa limbung jika harus mencicipi gambar wajahnya, dan merasakan perih ketika dia jarang hadir membalas sapaku.

hiks, Kopi.. ternyata engkau memang kawan yang paling mengerti dan selalu di hati, jangan marah ya, jikalau aku mengalihkan rasa untunya kepadamu, aku tak mau kehilangan sahabat setiaku saat ini, engkau.. kopiku..

Pedagang

~Pedagang


hitung menghitung

mencari untung

demi nasi sekantung
~Kangen


aku pilu

mencari di rindu

telah pergi menjauh

Sabar

~

menganyam jerami

menguntainya satu persatu

sembari berbagi rasa

dalam kesederhanaan

demi cinta..







(13 november 2010)

Cuma Air Mata

Hanya ada, airmata..

Airmata !

Terasa sungguh sesak !

Di jiwa..


Airmata..

Airmata !

Digenangi telaga..

Kering sudah airmata..

Menelanjangi mata air


tak bisa ku berkata hanya airmata,

tak mampu ku berucap,

hanya airmata..

Mencuapkan pedih !

Tidak hanya di mata

namun, di perih !


Sakit

merintih

teriak !

Siapa yang mau dengar, kecuali Tuhan ??


Hanya airmata

airmata..

Kering gering lengking !


Sesak mengeluap

berteriak !


Cukup sudah airmata

airmata..

Pembasuh kepulan debu di wajah


ataukah memang debu debu itu

sengaja Kau turunkan sebagai pengusap airmata,

kerna begitu banyak duka,

terkubur awan yang siap memuntahkan kegalauannya..

Kado Terindahmu, Di Akhir Oktober

~

Awal November,

tanah itu masih basah jejak hujan bulan kemarin

dia masih merah kerna luka yang kau injak di hadapku

tatap itu masih redup akan kisah lalu

telah aku hanyutkan tanpa kenangan sedikitpun


aku engggan lagi menoleh

hanya ingatan tusukan kata

yang kau hujam ke uluku tanpa ampun


aku perempuan,

yang pernah kau sayang

kenapa begitu kejam menusuk nusuk hatiku

dengan seribu pradugamu


kado terindah itu,

cukup ucapan sinismu saja yang ku kenang

sebagai bekal aku pulang




(1 november 2010)

sajak Itu Kamu

~


Ketika selendang merah aku hempaskan ke pojok lingkaran

Aku tahu,

Kita akan sama sama terluka

Ketika hitam kita jentikkan

Kita bahagia di atas getar

Pada gemulai getir yang terkadang kita takut hadapi


Kita berupaya memburamkan cahaya

Di mana sinarnya datang dari nurani lara


Kau peluk aku dengan semiris ngilu belati rindu

Kau dekap aku walau tanjakan itu terasa berat bagimu

Kau lapang di kala aku teramat gersang

Belai aku dalam elusan lautmu


Kini, rinduku membiru

Melabur bersama gemeretak pilu

Aku melukis langit haru

Di sana wajahmu merintih pilu


Jikalau puisi itu adalah kamu

Aku takkan membiarkan ombak kan menyapu

Jikalau sajak itu adalah gemetarmu

Kan kubiarkan dia terus membelaiku


Pada malam di mana kita merasa dingin,

Pada hangat ketika jemari saling menempilin


Kamu

Aku

Dan rindu,

Yang hempaskan kebekuan abu di hatiku dan milikmu



(28 oktober 2010)

Indonesia, aku Cinta Padamu..

~

mau jadi apa.. mau jadi apa, Indonesiaku yang ayu

akan seperti apa, Indonesiaku nan gagah layaknya Garuda

mau dibawa ke mana Indonesiaku mulai terkikis hilang tanahnya

bencana terjadi di manamana..

dari ujung Sabang sampai ujung Merauke


anak anak menangis

ibu ibu menjerit kehilangan bayi

tua renta tersedu sedan di tinggal istri dan suami


air melibas begitu banyak nyawa

tanah gemeretak menghamburkan begitu banyak duka

menggulung mereka dalam amuk sangkala

hidung gunung meleleh lelah

terbatuk menularkan virus sendu luluh


teriak berteriak sebelum ajal menghajar

menangis sesunguk menyesal setelah semuanya usai


sementara bapakbapak besar dan ibu nan bijaksana itu kemana ??

saling menyalahkan meninggalkan luka tanpa kata

duduk ongkang kaki di belakang meja tidak peduli

menghitung pundi pundi hasil jerih payah korban tsunami

mencari muka tampang model sana sini sebentar senyum di televisi

pura pura lirih !


tak selamanya langit kan bergelayut mendung

tak selamanya hutan di gunung ditebasi tiada pelindung


tenanglah ibu..

kan ku jahit pelan pelan robekan di kebayamu dengan lagu

kan ku seka air di matamu dengan sapu tanganku


pelanpelan.. dan pelan..

kusulam itu satu demi satu

penuh khusyuk aku panjatkan Do'a selalu

untukmu ibu pertiwiku..