24 Maret 2011

BIAR BIRU

~

bayang terpecah lara

melintasi bumi buta

menikmati cangkir gelap

di ujung lorong biru

menenggelami rindu bersama waktu


bagaimana aku akan berpendar

sedang nyalimu masih lapar

selapar bunga yang tetap segar


kenyang bernyanyi dan mencipta

layaknya melodi bergemerincing di senja

merindu aku seperti gila

Biarkan biru saja




(31 Janury 2011)

T A N G G U H

~

tebing terjal

aku belai

laut lepas

aku usap

karang curam

aku daki

walau akar setia menggelayut di kaki


engkau berdetak

dalam ruang kaca

tanpa suara

hanya ada pengap cahaya

dan suara suara

milikku


aku tersempil di ketiakmu

menopang langit

mengubur lembab

kerna bayangku

tetap berdenyut

pada gigil tubuhmu

dan kita saling bergirang

pada cemburu

di lekuk jalan yang kian pincang





(30 january 2011)

L e p a s

~

sayang..

mari kita nikmati segelas kopi

melewati malam panjang ini..

jangan kau tuang secangkir

tuanglah agak banyak sedikit

aku haus

dan minumku banyak..

tak akan pernah bisa

gelakmu

melarutkanku





(30 January 2011)

gelak ombak

~

riak, katakan pada ombak

sepi ini telah meledak

tinggal bebayang bintangbintang yang gemeretak

menggurat kesunyian terbahak bahak


hawa dingin telah menghentak batu

hingga mengaduk kekosongan di dalam tungku

aku tikam kebencian yang merusak

aku bunuh kalimat serampangan di setiap hela

kerna itu racun, yang menjadikan nuraniku beku

dan merana


jalajala menggeliat di helai rambut

menghilang merembes di setiap kusut


engkaulah gandum

yang selalu menggumpal di setiap jejak

alirkan cahaya putih pada gelak


biarkan dinding tebal tetap basah

untuk kita gunting semua resah

layaknya ombak menyerahkan diri pada bulan

tuk gairahi gelombangnya penuh kedamaian






(28 Janury 2011)