27 Oktober 2010

Ketika

~

Ketika anak anak mendulang tangis di balik ketiak

Memohon kepada hujan

Agar tidak kering pusaran jiwa


Berbagi peluh dalam kasih

Menadah pilu kakek kepada buyut

Menyibak beku istri kepada suami


Ketika kehidupan hilang makna

Aku lihat sawah sawah penuh hama

Gunung gunung sepi dari embun jiwa

Lautan tiada biru

Tetutup kelabu

langit seakan enggan mencium bau rusuh


sungai sungai membeku tiada bening

tiada tempat berbagi kerling

semua kering

semua membuncah

dalam amuk amarah Sang Penguasa


duhai dunia,

kemana tawa canda pemecah kebekuan jiwa

pinjamkan aku linggis pemecah kelu,

kalbu..



(26 oktober 2010)

Hati

~ Hati


Memiliki hati

adalah karunia tersendiri dari Ilahi

Mempunya hati

Bisa mengukur

sedalam apa kasih menerjang nurani

Menerobos hati

mencari makna di balik hidup sejati


Hati resah

hati gundah

hati senang

hati bahagia

hati luka

Hanyalah bolak balik duniawi


Sebenar benarnya hati

ada ketika kita bisa berbagi

untuk saling mengasihi


Mengasah kembali jiwa manusiawi

Agar tidak lupa diri

Bahwa kehidupan, adalah sajak itu sendiri



26 oktober 2010

Ah, Aku Malu

~

Aku berjalan pada arah yang ku anggap benar

Banyak kisi kisi lebam mengetuk debar

Aku menjelma

Menebar buai dosa

Memecah mengalir pada bidang wajahMu


Di malam gelap aku berbisik

Pada jelmaan diriku yang terbakar debu

Terbakar asa menggebu

menapaki kerikil

Membuang begitu banyak rerumput

Menebas pekat rasa yang tertinggal tadi pagi

Mengaum pilu aku di sudut lingkar itu


Terseok seok aku menuju pesta

Padanya gemulai dalam dansa

Yang membuatku telanjang

Melepas satu satu harga diri yang tertinggal di rumah tadi siang


Aku teluka

Melihat begitu banyak kawan

Tertidur di pinggir jalan

Redup lukaku

Melihat tawa mereka tiada luruh

Dalam keterseokan pilu


Aku tertinggal, Jauh..

Di belakang,

mereka menarik ikhlas

Yang lama hilang dari diri


Ah,

aku malu..

kurang merasakan apa yang kalian rasakan


terimakasih untuk menyisihkan tawa lapang

dalam hangat surya yang pernah hilang

kita bersama menyingkirkan derita

lepaskan bahagia dalam tawa

dalam kesederhanaan yang luar biasa


semoga akan selalu bermakna..



Untuk Lampau

~

menggores di ujung lelap

aku menghilang dari kamu

membentur sesal habis berkesudah

lautan jelaga itu jadi api

membakar runai yang pernah kita tanam bersama


kini saling membenci

membalikkan kemesraan

dalam dusta yang kau buat


kemilau itu tetap ada dalam diriku

kau dengan ruang hampamu

tertawa tidak pasti

di mana di sana bukan dia yang kau tuju


jangan lagi pernah datang padaku !

walau hanya dalam mimpi


simpanlah kelu untukmu sendiri

jangan pernah kau bagi lagi

untuk hati yang tiada mengerti

dan aku..

tetap pasrah pada nurani

kerna itu hanya harta yang aku miliki




(24 oktober 2010)

Waktunya

~

jika tiba saatnya

aku menuai padi di ladang tak lagi gersang


akan kupersembahkan kepada alam

tarian gemulai ketika aku merindukan bulan

nyanyian indah,

kala resah membidik panah

agar tak meleset ke lain surya


aku tak ingin selamanya telanjang

tanpa ilmu yg membuatku terkekang

meraba malam malam sendirian

hanya di temani syahdu sinar rembulan


aku menemukan yang hilang

ketika mimpi itu berkenalan dengan waktu

bercumbu dgn kenyataan

dan jatuh hati pada kepiluanku


aku mau merdeka !

tanpa mengabaikan cinta lainnya

sembari memberi kasih pada kaum papa

kerna hidup memang harus bermakna





(23-10-2010)

Senjata Itu Berupa Do'a

~


aku buta

tapi aku ingin terbang

aku tuli

tapi masih saja mencari

aku lembab

tetap terasa kering

akulah sang alam

tapi bergelinjang dengan kesemuan


kamu di belakangmu

yang di depanmu

ada di hadapku


dia di sampingku

di pojok keluku

belum jua mau membeku


aku petarung kalah yang belum mau menyerah

dengan tombak aku menerjang

menerabas

cagar langit

agar tak pudar sinarku..


kini aku

bersiap membidik tujuan

dengan badik setia berupa

Doa..



(17 oktober 2010)

Kini

~

hampa

kedap

pengap

lembab

terjerembab

gemelusuk

pekik

bising meringkik

seperti desing


denging

tak mau pergi

kerling

tak menggoda

suara suara berlengking lengking

berisik !


mundur

kejur

dalam lebur


rupa rupa wajah kusam malam

aku sendiri

menari dalam lari

tenggelam di hening

kini..



(14 oktober 2010)

Mimpi Mimpi

~


mimpi mimpiku mengucil jatuh bersama bayang jemu

mimpi mimpi kamu terbang bersama waktu menghampiriku

ketika mimpi mimpi berputar pendar di atas kepalaku

aku mengurungnya

mengendapkan akan segala upaya kupunya


aku sekap mimpi mimpi dalam takdirku

hatiku berteriak

jangan kalah !

jangan kalah!

jangan menyerah...!

tidak boleh pasrah !

Tuhan selalu menginginkan jiwa tangguh

untuk terus hidup dalam mimpi mimpi


mimpi mimpi terus menghampiriku dalam lembab

tak boleh mati bermimpi !

mimpi mimpiku walau sempat karam jangan terhempas gelapnya malam

walau cinta hening

selalu hidupkan hatimu menjumpai bening





(14 oktober 2010)

Mencium Wangi Gerimis

~


aku mencium wangi gerimis di selangkangan tanah basah di emperan rumah

aku tuai akar lembayung menjelang sore siap merekah

aku racik kopi hitam di sela sela gundah

lagi,


aku embun panas,

siap menerjang kisi kisi telanjang tanpa palang

gemericik uap kopi berburu pilu

melumer

tanpa debu menelusuh


duhai sayangku,

gelincirkan saja penggalan penggalan kisah

biarkan dia di mana harus rebah

bebayang akan memberi jejak kepada kita

untuk tetap sederhana menghadapi kelembutan,

gerimis cinta





(14 0ktober 2010)

Diri

~


Tuhan,

beri aku keresahan

kerna sering lupa akan engkau


Tuhan,

adakah harum wangi diriku

serupa bunga telah layu,


bau..




(13 oktober 2010)

13 Oktober 2010

Ma, Aku Rindu

~


ma,

di sepertiga malam ini aku rindu engkau sekali

entahlah ma..

seperti hari lainnya

akupun selalu rindu engkau..

apakah malam ini doamu terasa menusuk

menembus alam sehingga begitu menohok jantungku


apakah malam ini engkau sedang sesengukan memikirkan aku

walaupun aku tahu,

tiada hari tanpa aku mengingat kasih sayangmu

tiada habis waktu doa yang selalu kau tujukan padaku


ma,

aku rindu belaianmu

seperti saat dulu

engkau mengusap pupur kewajahku

dengan penuh cinta

seperti saat dulu.. engkau menyisiri rambutku

seperti dulu... saat..saat dan bermilyar saat kau menyayangiku..

tak terbilang dan terbilang.. begitu banyak kasih sayangmu


ma,

usap airmataku kali ini ma...

airmata rindu akan pelukmu

airmata penuh sesal

terkadang tak peduli akan segala pengorbananmu


setiap tapak kaki yang kau hujam kebumi

adalah nyanyianmu agar aku bisa selalu berdendang

bersama berengkuhan tiada kekurangan

walau bercecer darah terasa panas menembus aspal

tak kau rasa


aku rindu engkau ma

rindu mendekapmu

duh, jikalau tubuhku bisa menembus langit

kan kurengkuh engkau Ma..

tiada ku lepas

sembari mencium wangi surga dari tapak tanganmu


Ma,

aku rindu sekali..

Nurani Tidak Akan Lari

~


Larilah lari

Melaju menderu

Jangan takut dilalap api

Airkan selalu mengalir

Sungai kan tetap menuju hilir

Lagu tidak selalu terasa sendu

Ratap tidak pasti pilu


Darahku mendidih belum pasti tumpah

Ragaku menggigil tak seperti kerikil


Di atas kertas kosong

Semua terlimpah

terkadang merangkainya

pun airmataku ikut tumpah


berdekap dalam hangat

bersidekap dengan lembab

dengan meringkih menyiasati cinta

kerna tak ada yang bisa berdusta

dialah hati yang memiliki mata…


Nurani…

Menikmati Hening Di kala Sepi

~


terkadang merasa gerah

kala,

kerikil tajam kerap menghantam

ketika kita di lempar ke dalam larung jalanan


tertebar harum menelusuk

pada saat memanen api yang tak kan pernah padam


beranjak kian resah

ketika benih yang aku tanam

menimpa diriku sendiri


lorong lorong kosong

seperti berlomba meniup

saling mengulang kisah

tak sabar ikut menarikku kedalam kelunya


aku diam

kau pendam

lalu hanyut

terbawa rasanya sendiri


aku nikmati....

Malam Aku Rindu

~




Malam


Rasakan getarku dalam senyapmu


Menggelinding bintang diantara cerahnya langit


Hembus dingin angin


Memikat sejuta pesona dalam riak rindu




Akan matamu kekasih,


Membelai kala aku seorang diri


Akan tawamu duhai rindu,


Menangis aku dalam pilu




Tak usah kembali


Kerna kau tak pernah pergi


Dari hati..


Tetaplah dalam api


Itu yang akan membakar


Gemuruh dalam lingkaran




Biarkan bulan dan matahari berkejaran


Sementara kita berpelukan


Dalam keheningan


Saat saat bayang kita bercumbuan




kerna malam,


aku rindu...:)

Sepi

~


bergemuruh bara dada

Menggelapar tajam malam

Menuai misteri mimpi


Aku berdiam..

Dengan kuas kebiruan

melukis baris baris

Di atas kabut keunguan


menukili mimpi mimpi

dalam secangkir kopi tanpa debu

di atas kanvas basah

beralas kegelisahan tanpa sudah

Pikiran

~



memikirkan..

aku memikirkan akan engkau

engkau di pikiranku

terlalu memikirkanmu

dirimu dalam pikiranku


ada kamu..

tutup mataku,

terlihat jelas di situ kamu menunggu..

terkatup bibirku,

tetap tercetus namamu

ku coba tutup telingaku,

terdengar merdu suaramu selalu..


aiiiihh..

kamu di pikiranku

mencoba tak ada kamu

tetap saja nangkring di kepalaku


pikiran

pikiran

pikiran


lalu,

di pikiranmu..

adakah aku selalu ??

Wasior Menyapa

~


ketukan ketukan derita itu datang

tak tahu kemana

ketika kesedihan mengumbar tangis yang sudah tidak bisa mengeluarkan airmata

lagi...


ketika telaga pada mata sudah tidak menjadi perlambang

hanya mencoba untuk tersenyum

melihat kesaksian alam yang sebegitu marah

rerumputan kering di tebas lumpur bencana


kenapa kematian ini datang secara bergerombol

tidakkah

Kau kabarkan terlebih dahulu lewat nyanyian ombak

yang terbiasa menyapa

atau hembusan angin sahabat

milik para anak anak telanjang

di kaki langit atas padang ilalang


tawa,

keikhlasan mendupa rupa

lewat gemetar tapak seolah tak menapak

matahari masih setia

rembulan malam kan bersinar


jawaban itu tak kemana hendak dicari

pada marah alam yg meluluh lantakkan harmony

yang sekian lama berdiri


jiwa jiwa berkabung, teduhlah

lukisan bumi tiada berseri bukan kerna tanah sudah tak mau peduli


dengarkanlah

setiap keluh kupu kupu tua bercerita

mengeluh tanahku sudah tak harum lagi

dengarkan setiap gelak kepahitan bunga kamboja

rindu akan makam tumbuh di bawahnya


menyedihkan..

sunggiuh menyedihkan


sedih di hatiku..

tidak seberat kesedihan di hati pemilik nestapa

wahai duka tanah

Wasior...




(13 oktober 2010)

Pagi

~


pagi,

di pematang bumi

menggelinding cahaya mentari

memberi kehangatan

senirwana goresan awan

menatap langit kembaran


tak ada waktu bergeliat

kenangan segera di lipat

menjumput asa sebelum pekat

kau harus cepat

sebelum terlambat


berlari !

Kita Mainkan Saja alat Musik Itu Kekasih

~


terasa lembut..

ketika kau menyibak lebat rambutku

aku berdiam..

sembari menikmati belai hangat rintihan jemarimu

asah hatiku agar tiada berkarat

kita nikmati senja di pantai..

membelai hangat mentari saling bersidekap

sembari menyanyikan tembang berirama tiada kelam


alunan gitarmu meruntuhkan jiwaku

aku menatapmu..

dan menatap indahnya kau mainkan alat musik itu

kita temukan di sana dawai mimpi kita yang terbelenggu

pada asa kita temukan telaga rindu


aku mainkan saja untukmu suara gendang, ya ?

lalu,

tanpa rasa pilu kita berdendang


kita simpan saja khayalan

akan kujaga agar tetap rupawan

biar hilang dalam cendawan

yang kitalah penikmatnya sendiri

Bening Matamu

~


pada kerling matamu ku ikat tiap tiap hening..

di dalamnya mengalir telaga bening...

ku tautkan bintang sepeluk bukit menunjuk awan...

ajak aku untuk melukis cerah langit lapangmu nan menawan..

menyatu dalam kasih

menjelma menembus kelopak langit putih

berpanah rasa dalam hati

beranjak aku menuju senyummu,

kekasih..

Sajak Sederhana

memanah hati

memanh rembulan

memanah jiwa

memanah luka

memanah kata

memanah matahari


lebih kunikmati memanah

diriku sendiri

agar semakin kumengerti

arti diri

fahami,

aku di sini

karena cinta kasih Ilahi

06 Oktober 2010

sajak sederhana Ntuk Oditz Zwanderella

berjuang melawan angin

di bumi ini hanya ada cahaya dan kegelapan

langit itu hanya untuk diriNya


kau yang melihat ke langit dan menangis

kau dan dirimu serta tawamu yang begitu renyah


sapa dan tutur yang begitu jenaka

mata indah serta alis tebal pelawan semua angkara


walau kau diam

kesabaranmu adalah samudera

kebaikanmu adalah bianglala


kau akan selalu indah di mataku dek...

engkau laksana cahaya yang berbaur dengan kegelapan


biarkan aku berjanji untukmu

kan selalu menjadi kakak setiamu....

tetaplah dalam lingkaran

yang kita sendiri pancarannya..


biarkan duka cukup lubuk yang menyembunyikan

biarkan gerimis membelai dan kita menari bersamanya..


cukuplah kasih kan kutiupkan

bersama cantik hatimu, kutitipkan sayangku

sajak Untuk karibku, Ratna Kumala

~


badai itu telah usai, Ratna..

jangan pernah lagi menantangnya


kau cuma manusia biasa..

tidak selalu kuat untuk menerima

segala yang bergemuruh di dalam fikiran dan hatimu


nyanyikan saja tentang kidung yang terkadang bergeliat begitu cepat di dalam jiwa

kau akan selalu indah

dan tetap akan menjadi karang

walau tanpa terpaan gelombang


kau akan selalu menjadi lembah yang sunyi

kau akan selalu menjadi gunung yang tangguh

kau akan selalu menjadi laut lapang yang sebegitu dahsyat samuderanya

ketika matahari mulai menampakkan diri ataupun tersenyum kala rembulan mulai bernyanyi


kau adalah alam itu sendiri, Ratna..

semua yang begitu indah ada pada dirimu dan dalam hatimu


kau adalah alam itu sendiri..

keperkasaan itu

kan selalu menjadikan tombak pada kata katamu menuju hati lembah lembah lainnya


sederhanakanlah fikiranmu..

sebagaiman kesederhanaan itu karibmu


Ratna...

kaulah dawai dawai

yang di dalam nadanya merekah sejuta makna..






(5-10-2010)

Lautmu Biruku

~


menatap rembulan di kejauhan...

memandang senyummu dalam kalbu

serasa menghempaskan diri ke langit

hatiku terkoyak bagai kertas beralas padi


aku kupu kupu terbang bersembunyi di bawah ketiak hati

menebarkan dekapan dekapan hangat

kita bersentuhan

dalam cumbu bayang bayang semu


lembut sentuh jemari

sembari basuh luka pada jiwaku


arak aku ke dalam mahligai waktu

rasakanlah

dalam rengkuhan peluk tanpa jemu


bersamamu

bergelombang berlari dalam lemparan badai

yang karangnya adalah nyanyian kita sendiri


aku menyayangimu

sebagaimana jeritan kamu dalam mimpi mimpi

birukanlah aku dalam nyanyian lautmu..

duhai waktu...

Untuk Bumiku.. Api dipikiranku.. Air di dalam hatiku

~


bumi setiap hari semakin kelabu

dari hari sebelumnya

terasa beku dan semakin dingin


seiring dunia yang pelan pelan kian binasa


bayangkan..

jika tidak ada binatang yang selamat

dan semua panen gagal lalu musnah


mungkin tidak lama lagi

semua pohon di dunia akan tumbang

hutan di kiri kanan

pada lembah tiba tiba terbakar


pelihara saja api di dalam pikiranmu

jaga agar dia kan selalu menyala

agar kan tetap terjaga rasa memiliki

yang kian lama kian hilang


air di dalam hatiku

kan selalu mengalir

agar daratanku kan selalu hijau


bumi semakin tua semakin keropos

musim berkabut tiada jua menerobos

isi bumiku yang tiada lagi polos...


akan kujaga pikiranku tetap berapi

dan air di dalam hatiku akan selalu mengalir..


semoga,

hijaulah hutanku

kan selalu biru lautku






(2 oktober 2010)

Jengki Tuaku Sayang

~


aku kayuh setiap hari

jengki tua yang hampir pudar gurat warna birunya

aku nikmati

setiap kayuhannya


aku hayati setiap kelokan

jengki tua sering membuatku ngeri dengn rem blongnya


ah..

jengki tuaku sayang..

dengan keranjang bolong hampir usang

bergerak kakiku bergerak

di atas pedal dengan karet lelehnya


aku nikmati setiap pacunya

makin kencang ku kayuh semakin menawan aku tertawan

dengan jengki tua yang lambat merayap

diantara halilintar jalanan

mobil mobil mewah terantanan


jengkiku sayang

kita berlari saja

ayo berlari !

jangan peduli segala cibiran tak mengerti


kita sapu saja jalanan yang tak lenggang ini

dengan kuatnya kayuhan kaki

jangan bersedih jengkiku sayang..

semakin tua umur lambat lajumu

akan semakin gila aku mengayuhmu


jengkiku sayang..

I love you..

Peduli

~


makna menelusup pada setiap kata

berkendara memutari jiwa

senyap..

bergelayut ribuan kalimat kebencian

aku diam..


aku makamkan semua hinaan

deru menderu

semua terasa berpacu

memburu terjang di buru

aku tetap diam,


semua bernanah panah tanpa peduli

kita merengkuh satu rengkuhan

berkaca pada kehidupan

untuk selalu bergandengan


jangan peduli,

kala tidak ada yang peduli

tombak saja hatiku !

lariku berpeluh tiada keruh

tidak peduli waktu


kan langsung menujumu...




(01-10-2010)

Hidup Harus Berarti tak Mau Mati hati

~


bianglala menepi pada telaga hening

sirna akan lara

walau perih masih mendera

usik aku pada derita

akan ku hujam ke dalam tawa


matahari kan selalu cerah

bulan kan tetap tersenyum

walau dia terbit hanya sebelah


bukan karena kau

pembias hidupku


karena aku

tak mau hanya separuh

hidup dalam larian kenyataan


peluhku harus berarti

kerna beban tak pernah ku rasa pedih


akan ku pakai lagi mahkotaku

untuk mencumbu lagi putik putik harapan

kerna hidup cuma sekali

dan tak mau mati hati..!





(30 september 2010)

Karena Aku Mengenalmu

~

dari luka dulu

indah

dahsyat

ketidak sengajan

yang sempurna

katamu,



di sana,

aku temukan kamu

di pojok ruang ngilu





(30-09-10)

Kesedrehanaan kalian Adalah sahabatku...

~


ramaikan suatu pesta dengan bibir terkatup

tersenyum simpul di ujung jemari nan lentik

menari kala diri berusaha tak mau peduli


menelikung mimpi

di hati terdalam sunyi

ada secercah tawa laksana bara yang aku rekah

melabuhkan rasa gelisah

lara dalam gundah

terpojok kata pada tiap aksara berusaha mencari makna

yang kan terlewati

dalam mimpi

kala relung kita bersama dalam dekat


aku melihat indahmu

dalam tarian tawa bocah bocah

yang menyusu dalam apitan ketiak ibunya

di jalanan berlomba dengan deru rel rel dalam gebuan

di trotoar trotoar sempit menengadah secuil mimpi

dalam gesekan komedi yang mereka buat sendiri


tawa dalam lara mereka

tak kenal putus asa

tawa dalam kehangatan mereka

ada di kesederhanaan dalam canda


aku rasakan indahmu dari sini

aku rasakan ketiada bimbangan dari hati


kan kucoba menujumu

menyentuh sanubarimu

mengenalkan diriku


dalam kesederhanaanmu

untuk selalu menjadi sahabatku...





(29-09-2010)

Nestapa Itukan Sirna

~


derap dinginmu kerap selubungi rindu

dalam diam berjuta kata

aku rasa dari setiap ucap

geletar biru menjamah kalbu

kita berkabut

kasih terselimut


pada binar ku temukan sinar

walau kerap redup

kala kasih tak seindah pelangi


aku sentuh seraut nestapa


dengan teriring doa

mengusik derita kan sirna...


yakinlah ! :)

04 Oktober 2010

Kosong Kenapa Di Bela..

~


intrik mengkritik

serang menyerang

tak kenal kawan segera menyerang lawan


tak sefaham

harus ada yang di korbankan

tak takut terlindas

semua harus di tebas


yang benar di palingkan

kesalahan di cari cari

saling menendang harga diri

tidak peduli milik sendiri

hanya untuk kepentingan pribadi


di selonjoran kaki kaki

mereka menjerit

mendengar dentaman

sirine lolongan ketakutan

pertanda ada korban segera berjatuhan


demi diri

yang katanya membela hakiki


lalu.. apa yang di bela ??

nasib yang kian tiada arti


semua ternyata,

KOSONG !!


tidak ada isi..



(28-09-2010)

Doa Sang Lilin

~


lilin bersinar kuning memerah

di pojok kamarku,

beralas pelepah menahan redup


biarkan dulu terang sayup mempunyai arti

jangan biarkan dia padam

kerna tak ingin karam


walau berkabut hitam

di payungi keeemasan pijar terlunta lunta

tak letih Lilin ntuk selalu menopang asa


Oh,

cahaya lilin itu ternyata

merupa Do'a..

Bait Pertama Cuma Khayal.. Maafkan Yaa...

~

"yakinkan aku dengan kasihmu

percayakan aku dengan putihmu

belai aku walau hanya dalam tawa"


duh,

kata kata basi sekedar polesan hati terluncur jua


maafkan,

jika aku terlalu banyak mimpi

sebab hanya itu yang ku miliki


dan

maafkan,

akan ku hapus segera bait pertama pada catatanku ini

biarlah,

cukup hanya jadi racauan saja..


Mimpi.....

bantulah aku !

untuk segera terbangun.. :(