24 Maret 2013

SATU KITA

ketika engkau datang
hujan telah berulangkali menetes di hatiku
kepedihan pergi, biru datang mengarak langit
diseparuh lebih perjalanan

gerombolan awan telah letih menutup kabut
hitam telah berganti biru, lalu putih
seperti secangkir kopi yang aku hidangkan setiap pagi
ataupun malam, ketika kita terbangun membuka tawa
pahit bergandengan dengan manis

guncanglah samudera hati
layaknya laut menghempas keras gelombang kepada karang
mereka berbeda, tapi selalu berdampingan
seperti awan mengeluarkan air hujan
mereka tak sama,
tapi rela disatukan


Jakarta, 24 maret 2013

21 April 2011

Langgam kala

Langgam Kala
oleh Ratna Kumala pada 20 April 2011 jam 8:00

~

selalu ada derit ketika mata terbuka

selalu ada cerita ketika pintu mulai terkuak

tak mengecap angan di balik titian kelembutan

yang kau tanami di balik bilik-bilik rerumputan



biarlah ku gelayuti hari secepat burung ababil yang berlari

mengeja makam tuannya untuk segera menabur di balik bambu yang kau pekat

air mata telah kadung berdebu di bawah bebayang biru

akan fatamorgana yang pelan-pelan menyunyata waktu

dibalik sembunyi kupu,

kau erami kepompong yang mengengat dan sedikit tersengat



tenggelam

tak karam

tanpa ditelan malam



hilang

lindap

menderu segebu ombak

diterjang kejang gita, yang pelan mengusap jati-jati yang berkarat di hati.

tanpa di terkam badai.

kini dan nanti.







(20 april 2011)

aku rindumu, bapak

Aku Rindumu, Bapak
oleh Ratna Kumala pada 16 April 2011 jam 23:34

~

duhai, tuan nan bijaksana

sebegitu bergelombangnyakah, diri.

mengirimi doa-doa

melebihi murkanya pujangga

bukan dari, hati.



duhai, rindu yang abadi

aku pilu

mendengar rintihnya, ringkihmu

ingin ku belai sejenak

melepaskan lelah kita yang terhenyak

kerna rentang memisahkan jarak, kasih sejati

antara aku dan kau, Bapak.







(16 April 2011)

sedih itu bukan aku!

Sedih itu, bukan aku!
oleh Ratna Kumala pada 07 April 2011 jam 19:24

~

oh, udara di luar begitu sedih

dia menjerit di tengah kesunyian

mendung berpeletiran

menganyam sukma mengadu duka

terburai debu kepodang diangkat gersang

tak ada lagi bougenvil bergelayut di bintang



meratap sajak di tengah kepiluan

mengkanvasi tarian di pematang bumi

kita meremang

di tengah kerumunan

mengecapi senja sedalam torehan



menelusur tiap sepi yang ku temui dalam lagu

oh, itu bukan aku!

kerna aku ada dalam rancak tembang rindu

yang selalu kau mainkan untukku









(7 april 2011