13 Oktober 2010

Wasior Menyapa

~


ketukan ketukan derita itu datang

tak tahu kemana

ketika kesedihan mengumbar tangis yang sudah tidak bisa mengeluarkan airmata

lagi...


ketika telaga pada mata sudah tidak menjadi perlambang

hanya mencoba untuk tersenyum

melihat kesaksian alam yang sebegitu marah

rerumputan kering di tebas lumpur bencana


kenapa kematian ini datang secara bergerombol

tidakkah

Kau kabarkan terlebih dahulu lewat nyanyian ombak

yang terbiasa menyapa

atau hembusan angin sahabat

milik para anak anak telanjang

di kaki langit atas padang ilalang


tawa,

keikhlasan mendupa rupa

lewat gemetar tapak seolah tak menapak

matahari masih setia

rembulan malam kan bersinar


jawaban itu tak kemana hendak dicari

pada marah alam yg meluluh lantakkan harmony

yang sekian lama berdiri


jiwa jiwa berkabung, teduhlah

lukisan bumi tiada berseri bukan kerna tanah sudah tak mau peduli


dengarkanlah

setiap keluh kupu kupu tua bercerita

mengeluh tanahku sudah tak harum lagi

dengarkan setiap gelak kepahitan bunga kamboja

rindu akan makam tumbuh di bawahnya


menyedihkan..

sunggiuh menyedihkan


sedih di hatiku..

tidak seberat kesedihan di hati pemilik nestapa

wahai duka tanah

Wasior...




(13 oktober 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar